SEKILAS TENTANG DAYAK

Diposting oleh BORNEO DAYAK EXOTIC Senin, 14 Maret 2011


Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli di pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan terbagi berdasarkan wilayah administratif yang mengatur wilayahnya, mansing-masing terdiri dari Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan ibu kotanya Banjarmasin, Kalimantan tengah ibu kotanya Palangkaraya dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak. Kelompok suku dayak terbagi dalam sub-sub Suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J.U.Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merajuk pada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka. Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U.Lontaan, 1975 dalam bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar diseluruh Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar, seperti Melayu menyebabkan mereka menyingkir semakin jauh ke pedalaman dan perbukitan di seluruh Kalimantan.
Salah satu suku terbesar Dayak adalah Kanayatn. Dayak Kanayatn adalah satu dari sekian ratus sub suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan, tepatnya di daerah Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak serta Kabupaten Bengkayang, sebagian kecil di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sanggau. Pakaian tradisional suku Dayak Kanayatn terbuat dari kulit Tarab atau Kapuak/Kapoa’. Bajunya berbentuk rompi yang disebut baju Marote  atau baju Uncit. Cawatnya terbuat dari kain tenun atau kulit kayu yang di sebut kapoa. Serta mahkota atau ikat kepala yang dalam bahasa Ahe di sebut Tengkulas. Tengkulas ini biasanya dihiasi dengan bulu Ruai/Kuau Raja, serta bulu Enggang. Terkadang, jika bulu Ruai tidak ada bias diganti dengan  Anjung Merah.
Religi asli suku Dayak  Kanayatn tidak terlepas dari adat istiadat mereka. Bahkan dapat dikatakan adat menegaskan identitas religius mereka.  Dalam praktek sehari-hari, orang Dayak Kanayatn tidak pernah menyebut agama sebagai normativitas  mereka melainkan adat. System religi ini bukanlah sistem hindu kahuringan seperti dikenal oleh  orang-orang pada umumnya. Orang Dayak Kanayatn menyebut Tuhan dengan istilah mereka Jubata. Jubata inilah yang dikatakan menurunkan adat kepada nenek moyang Dayak Kanayatn yang berlokasi di Bukit Bawakng. Dalam mengungkapkan kepercayaan kepada Jubata, mereka memiliki tempat ibadah yang disebut panyugu atau padagi. Selain itu diperlukan juga seorang imam panyangahatn  yang menjadi seorang penghubung antara manusia dengan Tuhan (Jubata).
Dayak Kanayatn memakai bahasa Ahe/Nana’ serta Damea/Jare dan yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci khasanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : banyak orang Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa Ahe/Nana’ terbagi lagi kedalam bahasa Behe, Padakng Bekambai dan bahasa Moro. Dayak Kanayatn yang berada di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa Satolo-Ngelampa, Songga Batukng-Ngalampa’ dan Angkabakng-Ngabukit. Selain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa baru. 

0 komentar

Posting Komentar

Borneo Dayak Exotic © 2011. Design by :Borneo Dayak Exotic Edited By : BDE